a.
Konservasi Tanah dan Air
Konservasi tanah dalam arti yang luas adalah penempatan setiap bidang tanah
pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi
kerusakan tanah.
Dalam arti yang sempit konservasi tanah diartikan sebagai upaya mencegah
kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi.
Konservasi
air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk
pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi
banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau.
Konservasi tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konservasi air.
Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi
tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya. Oleh karena itu
konservasi tanah dan konservasi air merupakan dua hal yang berhuibungan erat sekali;
berbagai tindakankonservasi tanah adalah juga tindakan konservasi air. (Sumber: Sitanala Arsyad (2006). Konservasi Tanah dan Air.
Bogor: IPB Press).
Secara singkat konservasi tanah dan air atau sering disebut pengawetan tanah
merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan
produktivitas tanah, kuantitas dan kualitas air. Apabila tingkat
produktivitas tanah menurun, terutama karena erosi maka kualitas air terutama
air sungai untuk irigasi dan keperluan manusia lain menjadi tercemar sehingga
jumlah air bersih semakin berkurang. Konservasi tanah pada umumnya terdapat di
berbagai tempat yang secara nyata berdampak pada perbandingan panjang
kemiringan tanah yang diakibatkan oleh air hingga tanah menyusut. Lalu terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan pada konservasi air dalam rangka
pengontrolan erosi dimana kemiringan tanah yang telah ditentukan dalam persen
dan panjang kemiringan tanah yang disebut dengan system cropping.
b.
Metode Konservasi Tanah dan Air
Teknologi
yang diterapkan pada setiap macam penggunaan tanah akan menentukan apakah akan
didapat penggunaan dan produksi yang lestari pada sebidang tanah. Metode
konservasi tanah dan air dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu:
a. Metode vegetatif
Metode
vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman
sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997). Tanaman penutup tanah ini
selain untuk mencegah atau mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi
memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses
pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah.
Metode
vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk antara lain: penanaman
penutup lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak
langsung mengenai permukaan tanah, menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk
hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan mempertahankan tingkat
produktivitas tanah (Seloliman, 1997).
Penanaman
rumput kegunaannya hampir sama dengan penutup tanah, tetapi mempunyai manfaat
lain, yakni sebagai pakan ternak dan penguat terras. Cara penanamannya dapat
secara rapat, barisan maupun menurut kontur.
Penggunaan
sisa tanaman untuk konservasi tanah dapat berbentuk mulsa atau pupuk hijau.
Dengan mulsa maka daun atau batang tumbuhan disebarkan di atas permukaan tanah,
sedangkan dengan pupuk hijau maka sisa-sisa tanaman tersebut dibenamkan ke
dalam tanah (Arsyad, 1989).
Syarat-syarat
dari tanaman penutup tanah, antara lain:
1. Dapat berkembang dan
daunnya banyak.
2. Tahan terhadap pangkasan.
3. Mudah diperbanyak dengan
menggunakan biji.
4. Mampu menekan tanaman
pengganggu.
5. Akarnya dapat mengikat tanah,
bukan merupakan saingan tanaman pokok.
6. Tahan terhadap penyakit dan
kekeringan.
7. Tidak berduri dan bersulur
yang membelit.
Selain
dengan penanaman tanaman penutup tanah (cover crop), cara vegetatif lainnya
adalah:
1. Tanaman dengan lajur
berselang-seling, pada kelerengan 6 – 10 % dengan tujuan:
· Membagi
lereng agar menjadi lebih pendek.
· Dapat
menghambat atau mengurangi laju aliran permukaan.
· Menahan
partikel-partikel tanah yang terbawa oleh aliran permukaan.
Tipe-tipe tanaman lajur berseling adalah:
· Countur
strip cropping, adalah penanaman berselang berdasarkan garis kontur.
· Field
strip cropping, digunakan untuk kelerengan yang tidak bergelombang dengan jalur
dapat melewati garis kontur, tetapi tanaman tidak melewati garis kontur.
· Wind strip
cropping, digunakan pada lahan yang datar atau kelerengan yang tidak tajam
dengan jalur tanaman tegak lurus arah angin, sehingga kadang-kadang arah alur
searah dengan kelerengan.
· Buffer
strip cropping, adalah lajur tanaman yang diselingi dengan lajur rumput atau
legume sebagai penyangga.
2. Menanam secara kontur
(Countur planting), dilakukan pada kelerengan 15 – 18 %
dengan
tujuan untuk memperbesar kesempatan meresapnya air sehingga run off berkurang.
3. Pergiliran tanaman (crop
rotation).
4. Reboisasi atau penghijauan.
5. Penanaman saluran pembuang
dengan rumput dengan tujuan untuk melindungi saluran pembuang agar tidak rusak.
b. Metode mekanik
Cara
mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan
sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya.
Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi erosi serta
menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997).
Termasuk
dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya pengolahan
tanah. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang
diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh bibit,
menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan
memberantas gulma (Arsyad, 1989).
Pengendalian
erosi secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha pengawetan tanah untuk
mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan cara
mekanis tertentu. Sehubungan dengan usaha-usaha perbaikan tanah secara mekanik
yang ditempuh bertujuan untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung serta
melanjutkan penyaluran aliran permukaan dengan daya pengikisan tanah yang tidak
merusak.
Pengolahan
tanah menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah (pembajakan,
pencangkulan, pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga terbentuk alur-alur
dan jalur tumpukan tanah yang searah kontur dan memotong lereng. Alur-alur
tanah ini akan menghambat aliran air di permukaan dan mencegah erosi sehingga
dapat menunjang konservasi di daerah kering. Keuntungan utama pengolahan tanah
menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan yang
memungkinkan penyerapan air dan menghindari pengangkutan tanah. Oleh sebab itu,
pada daerah beriklim kering pengolahan tanah menurut kontur juga sangat efektif
untuk konservasi ini.
Pembuatan
terras adalah untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi bertingkat-tingkat
untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan serta menampungnya agar
lebih banyak air yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi (Sarief,
1986). Menurut Arsyad (1989), pembuatan terras berfungsi untuk mengurangi
panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran
permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh tanah, dengan demikian erosi
berkurang.
c. Metode kimia
Kemantapan
struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat
kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam usaha
pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan
pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap
resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
Bahan
kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap
stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut
tahan terhadap mikroba tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi
berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada
tanah liat yang berat (Arsyad, 1989).
Penggunaan
bahan-bahan pemantap tanah bagi lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang baru
dibuka sesunggunya sangat diperlukan mengingat:
· Lahan-lahan
bukaan baru kebanyakan masih merupakan tanah-tanah virgin yang memerlukan
banyak perlakuan agar dapat didayagunakan dengan efektif.
· Pada waktu
penyiapan lahan tersebut telah banyak unsur-unsur hara yang terangkat.
· Pengerjaan
lahan tersebut menjadi lahan yang siap untuk kepentingan perkebunan,
menyebabkan banyak terangkut atau rusaknya bagian top soil, mengingat
pekerjaannya menggunakan peralatan-peralatan berat seperti traktor, bulldozer
dan alat-alat berat lainnya.
c.
Konservasi Tanah dan Air yang ada di daerah saya
Dalam
paper kali ini akan saya bahas mengenai konservasi tanah dan air pada
perkebunan kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang
dibudidayakan di daerah Ketapang Kalimantan Barat. Didalam budidaya tanaman
kelapa sawit, kegiatannya meliputi pembukaan lahan/ kebun atau Land Clearing
(LC), teknik pembibitan dan pemeliharaannya, kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa
sawit di TBM (tanaman belum menghasilkan) dan TM (tanaman menghasilkan) hingga
pemanenan TBS (tandan buah sawit. Konservasi tanah dapat dilakukan dengan cara
memupuk tanaman dengan pupuk organik maupun kimia untuk menambah kesuburan
tanah, sedangkan sistem perairannya meliputi sistem irigasi di daerah
perkebunan kelapa sawit itu sendiri, diantaranya :
1. Sistim irigasi manual
2. Sistim irigasi semi manual
3. Sistem irigasi tabung
dengan selang plastik berlubang (kirico) yang bertekanan.
4. Salah
satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar dalam
Usaha
perkebunan kelapa sawit adalah kondisi sumberdaya lahannya. Keadaan tanah kebun
sebagian besar terdiri dari tanah mineral podsolik merah kuning (48,1%), tanah
berpasir (33,6%) dan tanah gambut (17,5%). Afdeling OS memiliki topografi
relatif datar sedikit bergelombang dengan lereng 1-3%. Tanah mineral pada kebun
ini memiliki keterbatasan daya resap air serta tingginya aliran permukaan dan
erosi tanah. Sementara diketahui bahwa kesuburan tanah sebagian besar berada
pada lapisan atas yang mengandung bahan organik. Jika lapisan tanah bagian atas
mengalami erosi, tanah tersebut akan menjadi miskin hara. Sebagian kondisi
tanah pada kebun merupakan tanah berpasir, sehingga sangat sulit untuk menyerap
air. Pada lahan gambut, faktor yang mempengaruhi adalah kandungan unsur hara
serta keadaan drainase kebun.
Sistem
pemupukan bertujuan untuk meningkatkan pasokan hara tanah serta memperbaiki
sifat fisik tanah tersebut. Menurut Atmojo (2003), bahan organik tanah
merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran
sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah,
sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah. Kondisi tanah
berpasir pada sebagian tanah mineral akan sangat efektif bila diaplikasikan
bahan organik pupuk kandang ini. Pemberian pupuk kandang pada tanah berpasir
akan meningkatkan pori berukuran menengah serta menurunkan pori makro. Dengan
demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air. Selain dengan cara pemupukan
juga dapat dilakukan dengan menggemburkan tanah dengan alat berat seperti
traktor dll.
Sedangkan
untuk sistem pengairan dan konservasi airnya meliputi kecukupan kebutuhan air
bagi tanaman bergantung pada kondisi tanaman, tanah, dan iklim. Perhitungan
kecukupan air tanaman kelapa sawit untuk tujuan praktis di lapangan dapat
dilakukan dengan asumsi umum yaitu bahwa keseimbangan air merupakan jumlah air
dari curah hujan ditambah dengan cadangan awal air dalam tanah kemudian
dikurangi dengan evapotranspirasi (Darmosakoro et al.,2001). Selain air
didapat dari curah hujan, ada hal lain yang sengaja dibuat untuk mempertahankan
air diarea perkebunan kelapa sawit, yaitu dengan dibuatnya suatu bentuk
parit-parit yang dapat menunjang sistem perairan disekitar lahan.
Video
: https://www.youtube.com/watch?v=dBbrk_co5XM